Minggu, 27 September 2009

Jangan Banyak Berharap pada Obama

Oleh : Dominggus A Mampioper | 23-Jan-2009, 17:15:52 WIB

KabarIndonesia - Barack Obama telah membuat mimpi warga Afrika-Amerika menjadi kenyataan. Ini merupakan sejarah bagi warga Negara Amerika Serikat kulit hitam untuk menjadi orang nomor satu di negara adi daya di dunia. Bahkan peristiwa pelantikannya pada 20 Januari lalu mendapat perhatian dari seluruh warga di dunia termasuk orang orang Papua.

Bupati Puncak Jaya yang juga Ketua DPP Partai Demokrat Provinsi Papua Lukas Enembe sangat terharu dan menangis saat menyaksikan kemenangan Obama melalui TV. “Saya terharu dan menangis sebab ini saatnya kebangkitan orang kulit hitam di dunia,”urai Enembe mantan kandidat calon Gubernur Provinsi Papua.

Bukan itu saja banyak bayi laki laki yang lahir di Papua sejak 2008 lalu hingga 2009 diberi nama Barack Obama. Namun apakah yang bisa diharapkan dari Presiden Obama bagi orang Indonesia, orang Papua dan tentunya bangsa Palestina di Timur Tengah? Mungkin dia memberikan harapan tetapi sebesar apakah harapan itu?

Bagi Octovianus Mote warga Papua yang kini bekerja di New York mengatakan dengan dilantiknya Obama menjadi Presiden USA bisa membawa perubahan baru bagi warga dunia dan tentunya bagi orang Papua. “Saya melihat ada secercah harapan bagi orang Papua,” ujar Mote mantan wartawan Kompas yang kini tinggal di New York belum lama ini kepada penulis via telepon.

Tentunya sebagai Presiden Amerika sudah pasti dia akan menyelesaikan masalah masalah Amerika Serikat. Masalah dalam negeri patut mendapat perhatian dan selanjutnya sekutu terdekat serta mungkin masalah lain yang dianggap urgent untuk dibahas dan dibicarakan. Banyak pihak merasa kecewa ketika dalam pidatonya setelah dilantik, Presiden Barack Obama tak menyinggung satupun konflik Israel dan Hamas di jalur Gaza.

Ya memang, begitulah USA yang pada masa masa presiden terdahulu selalu melihat Israel sebagai sekutu terdekat dari Negara Paman Sam itu. Tentang Israel menurut penuturan Obama dalam buku Obama in His Own Words yang ditulis Lisa Rogak menyebutkan, AS harus menggunakan kewenangan moral dan kredibilitas membantu Timur Tengah mencapai perdamaian.

Komitmen pertama dan mustahil ditawar ialah keamanan Israel, sekutu sejati kita di Timur Tengah dan satu satunya demokrasi. Kita harus konsisten dan melibatkan Uni Eropah serta negara negara Arab untuk mendesakan demokrasi di dalam masarakat Palestina.

Bagaimana dengan posisi USA di Indonesia, tentunya penting. Hal ini dikatakan juga oleh Menlu AS yang baru Hillary Clinton. Indonesia sebagai Negara Islam terbesar dan juga banyak investasi AS ada di Indonesia terutama minyak, gas dan tambang. Mulai dari LNG Arun Aceh hingga kontrak karya PT Freeort Inc pada 1967 di Papua hingga sekarang ini.

Sebagai warga AS keturunan Afrika sudah pasti memiliki hubungan erat dengan beragam bangsa, walau dia sendiri memiliki pengalaman hidup antar bangsa mulai di Indonesia sejak masa anak anak hingga dewasa di Hawaii dan Chicago.

Fakta lain menunjukan bahwa dia dibesarkan oleh kakek dan nenek dari ibunya Ann Dunham, seorang Amerika Serikat dari Wichita, Kansas selama di Hawaii. Ini berarti hampir sebagian besar hidupnya dalam asuhan orang kulit putih. Beruntung dia menikah dengan, Michelle Robinson seorang perempuan kulit hitam Amerika Serikat.

Bagi Barack istrinya adalah sahabat yang paling cerdas, paling tangguh dan paling jenaka yang bisa dia dambakan. Lagi pula, ia selalu mendukung saya (Barack Obama).”Apa pun keputusan kami, selalu kami lakukan bersama sama,”ujar Barack Obama sebagaimana ditulis, Washington Post,11 Desember 2006. Sebaliknya bagi Michelle istrinya, Barack tak menjanjikan kekayaan, hanya kehidupan yang menarik.

”Janji itu sudah ditepatinya,”ujar ibu dari , Malia Ann dan Natasha ("Sasha") dalam majalah Sunday Times, 5 November 2006. Barack Obama pernah mengatakan bahwa warga African American selalu memiliki hubungan yang ambigu dengan Afrika.

Bahkan akhir akhir ini kita mengenakan kain tenun Ghana, menikmati Kwanzaa(hari raya festival panen dan budaya African American), dan memajang poster Nelson Mandela di dinding kita. Ketika pergi ke Afrika dan menemukan bahwa tak semua hal di sana manis dan benar, kita akhirnya merasa sangat kecewa.

Karena itu jangan terlalu berharap banyak kepada Obama karena kita akan kecewa. Lakukanlah apa yang bisa kita kerjakan minimal di sekitar keluarga dan warga kita, agar hidup kita ini lebih bermakna karena kepedulian kita terhadap sesama. Meski dia tampil sebagai orang kulit hitam Amerika tetapi sebenarnya Obama agak sedikit beruntung karena dia mengetahui sejarah asal usulnya.

Dia tahu bahwa ayahnya berasal dari Nyang’oma Kogelo, Distrik Siaya, Kenya. Bahkan Obama Junior pernah berkunjung ke sana dan bertemu dengan saudara saudaranya. Tak heran kalau akhirnya dia menulis buku berjudul Dreams from My Father yang akhirnya memenangi Grammy Award Best Spoken World Album pada 2006 lalu. Hal ini agak berbeda dengan mayoritas warga kulit hitam di Amerika Serikat yang punya sejarah hitam dan kelam.

Mereka tak pernah menyangka akan datang ke Amerika Serikat secara paksa sebagai budak belian sejak abad ke 17 melewati samudera Atlantik ke benua baru Amerika. Thomas Showell professor ekonomi Universitas California dalam bukunya berjudul Etnich America menyebutkan bahwa orang Amerika Serikat kulit hitam adalah suatu kelompok etnis atau ras yang dibawa ke Amerika secara paksa.

Mereka datang dari sebuah benua yang luas dan bahasa yang digunakan sangat beragam serta bervariasi sehingga mewakili banyak kebudayaan yang berbeda beda. Selama dua abad bahasa dan kebudayaan mereka hilang dan perbedaan genetic bercampur menjadi satu sehingga menghasilkan negro Amerika suatu hasil biologis dan budaya dunia baru.

Mereka bukan keturunan langsung dari salah satu bangsa atau kebudayaan Afrika tertentu. Jadi menurut Thomas Showell, orang kulit hitam Amerika adalah salah satu di antara orang Amerika tertua. Warisan kebudayaan mereka merupakan satu kebudayaan yang sepenuhnya terbentuk di tanah Amerika Serikat.

Produk kebudayaannya yang paling terkenal adalah gerakan spiritual negro yang kelak punya cabang seperti musik blues dan jazz, membentuk kerangka kerja bagi keseluruhan perkembangan musik popular di Amerika Serikat. Begitu pula dengan musik regae di Kepulauan Caribia di mana Bob Marley muncul sebagai pentolan musik khas masyarakat kulit hitam dari gelombang laut kepulauan.

Penulis jadi teringat ketika pertama kali di Ancol dilakukan acara Regae Night bersama Abresso Group Band dari Papua pada 1983-1984 ternyata minat musik regae saat itu masih sangat sedikit. Berbeda dengan sekarang musik regae sudah mendunia dan di Indonesia irama regae sudah tak asing lagi bagi telinga kita.

Kini orang kulit hitam Amerika Serikat dikenal bukan saja karena berbakat musik, pemain basket, tinju dan penyanyi. Tetapi memiliki seorang Presiden yang juga sama sama berkulit hitam. Walau Obama hidup dan besar dibawah asuhan ibu, nenek dan kakeknya yang berkulit putih tetapi masih ada secercah harapan untuk membawa perubahan.

Yes we can change
yaitu perubahan bisa dimulai dari lingkungan kita sendiri, di mana kita berada dan tinggal. Bukan sebaliknya berharap banyak agar orang lain termasuk Mr President Barack Obama yang mau datang untuk merubah nasib kita. Syallom. (*)
Yanto (01-Feb-2009, 19:48:48)
"Jangan percaya kepada para bangsawan [atau pemimpin], kepada manusia yang tidak dapat memberi keselamatan. Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lemyaplah maksud-maksudnya. Berbahagialah orang yang mempunyai, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya. Dia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya; dan tetap setia untuk selama-lamnya" (Kitab Mazmur 146: 3-6).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar